Mufakat
Secangkir kopi hitam, sebatang kretek dan gelak tawa. Itu merupakan pengalaman pertama buat Sabri Idrus, seniman kelahiran Malaysia, pada saat pertama duduk ngobrol bersama warga Desa Hegarbudhi, Kecamatan Hegarmanah, Bandung, Indonesia. Walau sering terjadi salah pengertian akibat perbedaan bahasa, namun suasana yang begitu cair menyemangati Sabri untuk berkarya, tetapi kali ini bersama-sama warga setempat dalam menghasilkan karya-karya terbarunya untuk pameran Mufakat ini.
Mufakat merupakan bagian dari ekspresi Sabri yang sebelumnya lahir dari pengamatan beliau terhadap kondisi hidup bermasyarakat di kampung-kampung kota di Bandung. Nilai kebersamaan dan struktur sosial yang teratur dalam pembentukan semangat ‘guyub’ dikalangan warga diteliti dengan cermat sebelum keputusan untuk membuat karya-karya ini dibuat. Sejalan dengan perkembangan aktivitas berkarya Sabri yang sering memperlakukan material-material industri yang diolah dengan menggunakan berbagai metoda dan pendekatan, signifikansi karya-karya barunya ini lebih cenderung bersifat monumental, kokoh dan besar tetapi masih tetap mempertahankan elemen jalinan dan repetisi bentuk yang konsisten.
Dalam usaha beliau untuk memahami ‘jalinan’ hidup bermasyarakat, hal yang paling berharga buat Sabri dalam proses menghasilkan karya-karya ini adalah bagaimana pengalaman bekerjasama dengan warga, yang terbiasa dengan cara pertukangan tradisional dan seadanya merubah persepsi beliau dalam berkarya. Tidak perlu mahal, tidak perlu kompleks, tidak perlu macam-macam. Proses penyesuaian dan menyederhanakan banyak hal – itulah hasil dari kolaborasi dengan masyarakat umum yang rata-rata masih belum punya pengalaman dalam bidang seni halus.
Karya Infiniti menyoroti keperluan untuk hidup secara bermufakat dan bermusyawarah. Selain dari bentuk lingkaran yang secara eksplisit merepresentasikan hubungan masyarakat yang terjadi secara terus-menerus, persoalan-persoalan teknis yang perlu diselesaikan dan disesuaikan adalah sebuah keberhasilan dari toleransi dan musyawarah antara seniman dan asisten-asistennya (warga lokal).
Pencarian merupakan dekonstruksi kusen pintu bekas yang memanifestasi ide-ide tentang entry point dan transformasi. Dengan membentuk lingkaran yang ditumpuk sehingga menjadi sebuah lempengan besar dengan void ditengahnya, karya ini juga mengkomunikasikan semangat transendental warga untuk ‘masuk’ dan ‘bertransformasi’ dalam menjadi sebuah institusi sosial yang semakin kuat.
Sebagai lanjutan dari pameran tunggal Sabri sebelumnya, yaitu Masa Series, karya RGB dikembangkan dengan meminjam model warna yang membentuk penginderaan, representasi dan kesatuan imej pada sistem layar elektronik. Kombinasi warna merah, hijau dan biru membentuk berbagai cara untuk memproduksi berbagai warna yang bervariasi. Elemen-elemen warna dasar ini menjadi acuan dalam membentuk kesepakatan visual dan analogi terhadap tema kemasyarakatan yang diangkat dalam pameran ini.
Karya terakhir yang berjudul Pusing-Pusing pula merupakan lelucon terhadap pengertian kata pusing yang berarti keliling-keliling di Malaysia dan sakit kepala di Indonesia. Karya ini merayakan perbedaan dan kesamaan antara kedua negara, Indonesia dan Malaysia, yang merupakan sebuah kohesi sosial yang menarik.
Mufakat
Artist: Sabri Idrus
Assistants: Local community of Desa Hegarbudhi RT02/RW04, Bandung, Indonesia
Text: Hafiz Amirrol
Photography: Edy Subangkit
The Painting Garage
Architect-in-Charge: Rampakasli
Gallery Consultant: Sabri Idrus
Artist: Sabri Idrus
Assistants: Local community of Desa Hegarbudhi RT02/RW04, Bandung, Indonesia
Text: Hafiz Amirrol
Photography: Edy Subangkit
The Painting Garage
Architect-in-Charge: Rampakasli
Gallery Consultant: Sabri Idrus
No comments:
Post a Comment