Tuesday, 24 July 2012

Publishing Architecture



What happens when the architect assumes the role of writer, art director, editor, publisher and distributor?
Zak Kyes
Forms of Inquiry: The Architecture of Critical Graphic Design (2007)

Description
Publishing Architecture is an elective course offered to students of architecture at UPH, starting from August 2012. The course is open to students of semester 5 and above, and will carry a total merit of 3 SKS.

The intention of Publishing Architecture is to expose architectural students to the concepts, processes and practices of publication design and production in the context of architectural and design practices.

It is hoped that by attending this course, students will get better understanding on the importance of architectural publication and its impact towards the development of architectural studies and profession.

Upon finishing the course, students are expected to have clear conceptual and practical understanding on the process of desktop publication, which include:
1.     Conceptual framework of publication works
2.     Approaches in publication design
3.  Production system of books in architecture academia and practice and its impact towards the  profession
4.     Communication techniques in publication (writing, editing, graphic design)

Methods
The course will include series of lectures and presentations on the background, history, current practices and future development of architectural publication. Continuous exercises in the form of case studies and projects will expose students to the approaches, techniques and processes involved in desktop publishing.

Small workshops with specific agenda will accompany the course throughout the semester. To cultivate productivity, participating students from this course will be involved directly into the Architecture Department’s Publication Unit, producing publication such as Archive, event posters and many more.

Course Tutor
Hafiz Amirrol

Architecture offers many things;
ideas, manifestoes, jokes, gossips, frustrations, drawings, attitude, enquiries, beauty, agendas, knowledge, crap-tech, etc.
Peter Cook
AA Book (2008)

Friday, 13 July 2012

Through These Architect’s Eyes



All the majesty of a city landscape
All the soaring days of our lives
All the concrete dreams in my minds eye
All the joy I see through these architects’ eyes
Making a goal, life's a goal, life's a goal
and life's a…
David Bowie
Through These Architect’s Eyes (1995)

Description
The agenda of this year’s Studio Dasar Desain (SDD) 1 is to introduce students to the exploration of their individual and collective potentials and skills, developed through the process of observation, analyzing, drawing, making and communication.                                                             

The studio will provide students with opportunities to develop their conceptual, analytical and representational skill. This shall be done by allowing students to continuously recognize and develop their interests and potentials through an open and creative environment of the school. 

This dynamic and diverse studio will help opened students’ perspectives and understanding on the wide range of design disciplines through concrete process of observing, analyzing, drawing, making, writing and communicating. Continuous exercises, discussion and other creative activities are hoped to help and challenge the students to achieve the objective of this studio agenda.

Methods
Responding to its main agenda, the course will embark on an intensive process of inter-disciplinary approaches, opening pathways to a variety of creative processes and disciplines. 

Series of skill drilling exercises will help prepare students to nurture their design interests and develop skills, balancing their ability to be critically and skillfully creative.

The studio will culminate a fun and creative environment through experimentation on both creative and critical thinking and skills through networked and broad range processes, which include the dissemination of conceptual and representational skills.

The studio will also embark on regular informal walks around the city, looking and observing daily living environments, visiting interesting places, galleries and attending design and other related events. Spontaneous events such as movie screening, discussing movies, music or books will also be conducted within the studio to help nurture the culture of criticism and design intellects.

Studio Instructors
Hafiz Amirrol
Stanley Wangsadihardja
Ari Widio
Veronica Gandha
Baskoro Junianto


Wednesday, 4 July 2012

Place.MAKING as an Architectural Pedagogy Agenda



Pameran Place
Juli 7 - 13, 2012

‘Tempat’ (place) adalah sebuah titik (locus) pada ruang yang terdefinisikan dari hadirnya manusia berkegiatan. Arsitek, melalui kepekaan dan daya kritisnya,  membaca lapisan rajutan-rajutan teks dari ruang sebagai potensi hadirnya sebuah tempat. Arsitek, melalui kepekaan dan daya kritisnya lagi,  memberdayakan material untuk mengungkap, mengartikulasi, dan mengomposisi lapisan rajutan teks tersebut menjadi sebuah tempat.

Pameran Place ini akan memperlihatkan beberapa karya mahasiswa dari lima studio dan sebuah mata kuliah yang berupaya menunjukkan bagaimana sederhana atau kompleksitas terbacanya lapisan rajutan teks tersebut (konteks) mempengaruhi arsitektur yang hadir. Sebuah kenangan/ romantisme terhadap kualitas sebuah tempat dapat menjadi daya yang kuat untuk merancang arsitektur.

Kondisi iklim/ geografis mempengaruhi sumber daya material, pasti langsung mempengaruhi tektonika dari arsitektur tersebut. Pada tataran kota, lapisan teks sosial, ekonomi, dan politik jelas tak bisa dihindari menjadi rajutan yang harus dengan peka dan kritis dibaca oleh arsitek dalam merencanakan dan merancang sebuah arsitektur dalam ruang.

Pameran MAKING
Juli 14 - 22, 2012

“The scale model machine extends the architect’s own modest ability to measure the perceived chaos of the unknown. The scale mode is our modest mode in which the manner is measured”
Albert Smith
Architectural Model as Machine

Membuat adalah persoalan memindahkan apa yang ada di pikiran menjadi nyata pada dunia indera, untuk menjembataninya, sebuah medium selalu dibutuhkan, medium tersebut adalah scale model.

Dalam subtema pameran ini, melalui scale model yang mereka hasilkan mahasiswa Arsitektur UPH dari tiga studio berbeda ingin menunjukkan dua peran sebuah model (modus). Pertama, ia dapat berperan sebagai penengah (modest) antara pikiran dan dunia; antara apa yang sudah diketahui dan yang belum diketahui; antara apa yang diinginkan dengan segala konsekuensi yang tak terduga.

Kedua, model juga berfungsi sebagai alat ukur atau pencari (modulus), untuk mengetahui berbagai peluang yang tak terpikirkan sebelumnya. Scale model tersebut mendemonstrasikan sejauh mana pemikiran dan menggunakan metode analog dan digital, memahami material dan  konstruksi, serta bentuk dan fungsi. Hadirnya 3 studio dengan titik berangkat yang berbeda ini menunjukkan kesatuan kronologis cara berpikir dalam membuat. Mana yang lebih dulu? Mungkin hanya dapat dijawab oleh mereka yang pernah mengalaminya.

Pavillion Project
Juli 7 - 22, 2012

The Pavilion Project adalah proyek yang diprakarsai oleh mahasiswa arsitektur UPH dan dibimbing oleh staf pengajar jurusan arsitektur. Projek berbasis bengkel eksperimen ini dijadwalkan secara teratur sepanjang semester dari Januari sampai Mei 2012.

Proyek tahun ini bertujuan untuk melakukan percobaan pada penggunaan mesin lasercutter, maka workshop desain ini mengeksplorasi berbagai kemungkinan bentuk yang dapat dicapai melalui modul-modul planar. Workshop ini juga menjajaki kelayakan material dan sambungan, dan bertujuan untuk menemukan cara yang paling efisien untuk mencapai desain yang spesifik melalui penggunaan perangkat Grasshopper, dan batas kapasitas mesin lasercutter (dengan menggunakan kayu multipleks 9 mm).

Desain akhir mengekspresikan susunan modul planar ke ruang volumetrik. Modul-modul metaballs melengkapi instalasi ini dan dihasilkan dengan teknik pemetaan perangkat Grasshopper.

Personal Space Installation
Juli 7 - 22, 2012

Pada studio ini, model merepresentasikan bagaimana eksplorasi mahasiswa menggunakan alat analog. Segala macam permasalahan olah bentuk mereka hadapi saat itu juga tanpa perantara, seperti sambungan, material, dimensi dan bobot, serta masalah lainnya. Tujuan dari studio ini adalah melatih kepekaan indera mahasiswa akan bentuk - fungsi - material.

Tindakan visualisasi adalah tindakan pasif dan merupakan bakat dasar yang mempengaruhi indera dan keadaan pikiran (kreativitas). Oleh karena itu, ia juga mempengaruhi tubuh secara langsung dan menggairahkan indera. Jika arsitektur, dilihat sebagai objek yang diinginkan oleh indera, maka proses membuat harus dilibatkan dalam proses berarsitektur. Dalam konteks ini, proses membuat menjadi sebuah proyeksi visual dan medium desain yang mana ia dapat memperluas spektrum visual untuk dalam pengembangan ide dan cara berpikir.

Tema pameran ini menyarankan proses membuat sebagai komponen dalam proses mengubah ide menjadi benda nyata melalui eksplorasi yang terus menerus. Dasar pembuatan itu sendiri adalah kritik-diri dan produk-produknya adalah kualitas yang berakar pada alam bawah sadar indera tubuh dan pikiran.

Text by Andreas Wibisono, Stanley Wangsadihardja, Dani Hermawan and Hafiz Amirrol

Tuesday, 3 July 2012

Place.MAKING - UPH Architecture Department 2nd Public Exhibition



‘Place.MAKING’ sebagai sebuah obyektif dari kegiatan berarsitektur adalah sesuatu yang berlapis dan terdiri dari komposisi beragam komponen dan elemen yang berbeda skala, konstrain, dan konteks.

Sebagai sebuah operasi ‘Place.MAKING’ adalah proses yang mengandalkan kepekaan terhadap sesuatu yang abstrak dan kongkrit, serta kemampuan untuk melakukan translasi dari ranah abstrak ke kongkrit.

Pergerakan ini adalah sebuah dialektika. Pada saat sebuah ide arsitektur termaterialisasi, arsitektur memberikan abstraksi bagi lingkungan di sekitarnya. Sebagai proses spiral yang berputar saling mengisi. Jonathan Hill, membacanya sebagai sebuah peluang munculnya hal-hal yang bersifat happening dalam sebuah proyek arsitektur; tidak lain karena ide arsitektur hanya bisa terbukti setelah tergunakan. Selalu adanya aspek contigency dalam kegiatan berarsitektur dan menggunakan arsitektur adalah sesuatu yang sebaiknya diprovokasi hadir dan bukan dihindari.

‘Membuat/membangun (making) adalah salah satu proses penting dalam berarsitektur namun daya dorong dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan ‘tempat bagi manusia’ lah yang menjadi kunci ketepatan dan ketajaman kehadirannya.

Masalah arsitektur adalah masalah pelik (wicked problem) menurut Horst Rittel. Sebuah masalah yang tak berujung dan tak mungkin dibuktikan sampai ia hadir. Mungkin ini lebih pas jika kita gunakan sebagai landasan untuk melihat arsitektur adalah sesuatu yang hidup dan bukan hanya sebuah obyek.

Arsitektur punya keterbatasan karena pada akhirnya ia menyentuh/ menyapa/ menyampaikan pesannya kepada para pengguna dan pengamatnya melalui hal-hal praktis; melalui elemen titik, garis, bidang atau lantai, kolom, dan atap. Dari hal-hal praktis inilah kemudian muncul makna jika dipahami oleh penggunanya. Oleh karena itu arsitek harus melihat lebih jauh dan melampaui pemahaman bahwa arsitektur bukan hanya  ‘olah ruang’ (articulation of space) namun sebuah operasi ‘membuat tempat’ (place making). Ini akan memberikan perspektif yang lebih membumi namun kaya, dan membuka peluang lebih luas untuk berkontribusi pada kemanusiaan pada porsinya.

Pameran ‘Place.MAKING’ ini terdiri dari dua pameran yang disusun secara naratif tentang bagaimana pendekatan pendidikan arsitektur di UPH mendemonstrasikan pemahaman tersebut. Pameran ini akan berlangsung selama dua minggu. Pameran ‘Place’ akan membuka kegiatan pameran ini yang akan dilanjutkan secara simultan dengan pameran ‘MAKING’ pada minggu kedua.

Text by David Hutama

Place.MAKING
UPH Architecture Department 2nd Public Exhibition
July 7 - 22, 2012
dia.lo.gue Artspace
Jl.Kemang Selatan 99a, Jakarta Selatan

Check out for more Place.MAKING updates

Search